Thursday, January 1, 2009

How did Lipat Kajang got its name?.

In Malaysia today, there are two places called 'Lipat Kajang'. One is in Selangor State, in Kelang District(?). (And is there a Bukit Lipat Kajang in Johore? It seems that there is one but I am not familiar with that place). And of course here we are talking about 'Lipat Kajang' in Pahang State in Temerloh District.

How did Lipat Kajang (in Temerloh, Pahang) got its name? I do not know, I have heard some stories but the stories are very unclear. "Lipat" means fold (or bend in some other Malay dilect) and "Kajang" in the kampong concerned means "a bent over roofing material made by stitching together a sort of mengkuang (of a certain species) leaves". How Lipat came together with Kajang, I have NO idea.



Lipat Kajang people (or decendents) are encouraged to participate& contribute (Orang Lipat Kajang, atau keturunan, di jemput memberi sumbangan idea)

5 comments:

  1. ada satu lagi tempat bernama Lipat Kajang (one more place called Lipat Kajang) iaitu di Merlimau Melaka, now there are 3 Lipat Kajangs known so far, in Malaysia, maybe there are more

    kita ada kampung kembar (we have our village triplets) how lucky
    driving southwards on the NS PLUS Highway, after the Ayer Keroh Exit, we will come to the Merlimau Interchange (Exit) where we will see signposted on the overhead crossing the name "Lipat Kajang" and that exist goes only to Merlimau, nowhere else
    it must have been quite coincidental that 3 different places in 3 distant locations quite far away from one another been named (by the respective ancestors) "Lipat Kajang"
    macam mana boleh terjadi begitu?
    saya bercadang untuk bertanya dengan orang2 di Lipat Kajang Merlimau dan Lipat Kajang Klang bagaimana tempat mereka dinamakan "Lipat Kajang" - they must be interesting accounts
    (Kas Mahmood)

    ReplyDelete
  2. saya juga ada dibisikkan cerita (yang sangat kabur, tak jelas dan tak pasti kebenarannya)mengenai bagaimana kampung kita dnamakan Lipat Kajang, di pedalaman daerah Temerloh, Pahang

    diceritakan bahawa datuk nenek kita (mungkin sepasang suami isteri, mungkin dua orang sahabat atau lebih ramai daripada dua orang)yang pertama dan mula-mula sampai di kampung kita itu, ialah orang-orang Bugis yang meninggalkan "kepulauan" mereka pergi merantau jauh ke tanah semenanjung Malaya untuk meneroka "dunia baru" mencari kehidupan baru yang lebih terjamin, sama juga seperti pelayar Christopher Columbus dulu belayar menuju ke belantara Amerika yang tidak diketahui keadaannya.
    orang orang Bugis ini masuk ke muara sungai (Sg Pahang) dan terus bersampan mudik ke hulu sungai sehingga lah sampai di suatu tapak di tebing sungai (katanya di mana masjid lama Lipat Kajang itu telah didirikan)dimana mereka singgah untuk melihat keadaan tempat itu yang mereka nampak tanahnya agak subur dan mempunyai sumber asli yang baik

    sampan atau perahu yang mereka gunakan beratapkan "atap kajang" (orang Lipat Kajang tahu apa itu "atap kajang")dan mereka menggunakan "atap kajang" dari sampan mereka itu sebagai atap pondok yang mereka buat ditepi tebing sungai dimana mereka tinggal untuk beberapa hari bagi meninjau keadaan setempat
    tiap hari, hari demi hari, petang mereka buka dan pasang kajang-kajang itu, pagi mereka tutup dan lipat kajang-kajang itu
    pada suatu hari semasa mereka berjalan jauh ke darat meninjau keadaan, mereka terserempak denga "orang lain" (mungkin "orang darat" (orang asli)atau orang-orang dari kumpulan penerokaan yang lain yang sampai melalui jalan lain) yang bertanya kepada mereka orang orang Bugis ini dari mana mereka datang, melalui jalan mana mereka sampai dan dimana mereka berteratak semasa mereka berada disitu?

    orang-orang Bugis datuk nenek kita ini menjelaskan bahawa mereka datang dari "kepulauan" sampai melalui sungai dan singgah disatu tempat, membina teratak beratapkan "atap kajang" dari sampan mereka yang mereka terpaksa buka pasang dan tutup lipat tiap-tiap hari, mereka menggunakan "atap kajang" kerana tidak mahu membuat atap baru dari daun-daun nipah atau lain-lain daun memusnahkan tumbuh-tumbuhan dan pokok-pokok disitu,
    pendekkan cerita......dari perbuatan harian "me lipat kajang" itu lah akhirnya tempat/tapak tersebut secara mudah dah senang diberi nama "Lipat Kajang" iaitu tempat dimana mereka mula-mula sampai ditebing sungai itu...

    "orang lain" itu berkata, "oh, jadinya semasa awak disini awak sekarang di Lipat Kajang lah yek?"
    orang Lipat Kajang bila bercakap mesti ada "yek" dihujung cakapnya

    betul ke, sahih ke cerita ini, saya tak tahu dan saya tak jamin, saya cuma pernah dengar dari mereka dari generasi terdahulu...tapi jalan ceritanya, munasabah juga
    tanyalah pula kepada warga LK yang lain yang masih ada tinggal di LK yang sudah mencecah lebih 70 tahun umur mereka, seperti Abang Nong Zuki, Abang Mid, Tok Imam Masjid (Hj Ghafar), Pak Itam Kama (ex army), Pak Ngah Lela Tanjung Keling dan lain-lain .....mereka mungkin mempunyai cerita-cerita yang lebih sahih dan berasas mengenai bagaimana kampung kita itu dinamakan "Lipat Kajang", wallah hu a' lam
    (Kas Mahmood)

    ReplyDelete
  3. Congatualation to Lipat Kajang Brothers that had initiate the blog "Lipat Kajang" and also to those participaitng . Regarding how Lipat Kajang got it"name ,I too was told almost the same story by my late grandmother Arwa binti Sulaiman.
    InsyaAllah I'll participate in this blog. Right now I am buzy in K.T , invled in the By election work.

    ReplyDelete
  4. anonymous, i am kind of being able to figure out your real self, welcome bro (bahasa org muda sekarang, bahasa org blogger)

    Arwa Binti Sulaiman, could this be Wan Wer Ceruk Seratus, the daughter of Pawang Sulaiman (???) mentioned by brother mylias, dia ade seorang anak perempuan yang kite kenai dengan nama - Juah?.....ha...ha...ha
    there you, all are interconnected, inter related, mesti ade kene mengene punye...

    so you are in KT, no surprise
    sure win one....oops

    ReplyDelete
  5. Nama Lipat Kajang. Its origination. Ok nanti saya tanya Nong Zuki, ayah saya. Mungkin dia tahu asal usul nya. Wallah huallam.

    ReplyDelete