Saturday, May 16, 2009

Niat Baik Tidak Dapat Melepaskan Yang Haram

ISLAM memberikan penghargaan terhadap setiap perkara yang dapat mendorong kepada sesuatu perbuatan baik, tujuan yang mulia dan niat yang bagus, baik dalam perundangannya mahupun dalam seluruh suruhan-suruhannya.

Untuk itulah maka Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya semua amal itu harus disertai dengan niat (ikhlas kerana Allah SWT), dan setiap orang dinilai menurut niatnya." (Hadis Riwayat Bukhari)

Niat yang baik itu dapat menggunakan seluruh yang mubah dan adat untuk berbakti dan taqarrub kepada Allah. Oleh kerana itu sesiapa yang makan dengan niat untuk menjaga kelangsungan hidupnya dan memperkuatkan tubuh badannya supaya dapat melaksanakan kewajibannya untuk berkhidmat kepada Allah SWT dan makhlukNya, maka makan dan minumnya itu dapat dinilai sebagai amal ibadah dan qurbah.

Begitu juga, barangsiapa yang melepaskan syahwatnya kepada isterinya dengan niat untuk mendapatkan anak, atau kerana hendak menjaga diri dan keluarganya dari perbuatan maksiat, maka pelepasan syahwat tersebut dapat dinilai sebagai ibadah yang berhak mendapat pahala.

Untuk itu pula, maka Rasulullah s.a.w. mensabdakan:
"Pada kemaluanmu itu ada sadaqah. Para sahabat kemudian bertanya: Apakah kalau kita melepaskan syahwat juga mendapatkan pahala? Jawab Nabi: Apakah kalau dia lepaskan pada yang haram, dia juga akan beroleh dosa? Maka begitu jugalah halnya kalau dia lepaskan pada yang halal, dia pun akan beroleh pahala." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dan dalam satu riwayat lain dikatakan:
"Barangsiapa mencari rezeki yang halal dengan niat untuk menjaga diri supaya tidak meminta-minta, dan berusaha untuk mencukupkan buat keluarganya, serta supaya dapat berbelaskasihan (membantu jiran tetangganya), maka kelak dia akan bertemu Allah SWT (di akhirat) sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama." (Hadis Riwayat Thabarani)

Begitulah, setiap perbuatan mubah yang dikerjakan oleh seorang mu'min, di dalamnya terdapat unsur niat yang dapat mengalihkan perbuatan tersebut kepada ibadah.
Adapun masalah haram tetap dinilai haram, betapapun baik dan mulianya niat dan tujuan itu. Bagaimanapun baiknya rencana, selama dia itu tidak dibenarkan oleh Islam, maka selamanya yang haram itu tidak boleh digunapakai untuk mencapai tujuan yang terpuji. Sebab Islam selamanya mengsyaratkan tujuan yang suci dan caranya pun harus suci juga. Syariat Islam tidak membenarkan prinsip apa yang disebut al-ghayah tubarrirul wasilah (untuk mencapai tujuan, cara apapun dibenarkan), atau suatu prinsip yang mengatakan: al-wushulu ilal haq bil khaudhi fil katsiri minal bathil (untuk dapat memperoleh sesuatu yang baik, boleh dilakukan dengan bergelumang dalam kebathilan). Bahkan yang ada adalah sebaliknya, setiap tujuan baik, harus dicapai dengan cara yang baik pula.

Oleh kerana itu, barangsiapa mengumpulkan wang yang diperoleh dengan jalan riba’, maksiat, permainan haram, judi dan sebagainya yang boleh dikategorikan sebagai haram, dengan maksud untuk mendirikan masjid, contohnya, atau untuk melaksanakan rancangan-rancangan yang baik lainnya, maka tujuan baiknya itu tidak akan menjadi syafaat baginya, sehingga dengan demikian dosa haramnya itu dihapus. Haram dalam syariat Islam tidak dapat dipengaruhi oleh tujuan dan niat.

Demikian seperti apa yang diajarkan kepada kita oleh Rasulullah s.a.w., sebagaimana disabdakan:
"Sesungguhnya Allah SWT itu baik, Ia tidak mahu menerima kecuali yang baik pula. Allah SWT pun memerintah kepada orang mu'min seperti halnya perintahNya kepada para Rasul."

Kemudian Rasulullah membacakan ayat:
"Hai para Rasul! Makanlah dari yang baik-baik (halal) dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa saja yang kamu lakukan." (Al Quran Surah al-Mu'minun, ayat 51)

"Hai orang-orang yang beriman! Makanlah dari barang-barang baik yang telah Kami berikan kepadamu." (Al Quran Surah al-Baqarah ayat 172)

"Kemudian ada seorang laki-laki yang datanq dari tempat yang jauh, rambutnya tidak terurus penuh dengan debu, dia mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berdoa: Yaa Rob, Yaa Rob (hai Tuhanku, hai Tuhanku), padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan barang yang haram pula, maka bagaimana mungkin doanya itu dimakbulkan?" (Hadis Riwayat Muslim dan Tarmizi)

Dan sabda Nabi saw pula:
"Barangsiapa mengumpulkan wang dari jalan yang haram kemudian dia sedekahkan harta itu, samasekali dia tidak akan beroleh pahala, bahkan dosa akan menimpa dia " (Hadis Riwayat Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Hakim)

Dan sabda Nabi saw lagi:
"Tidak seorang pun yang berkerja untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan haram kemudian ia sedekahkan, bahawa sedekahnya itu akan diterima; dan kalau dia infaqkan tidak juga mendapat barakah; dan tidak pula ia tinggalkan di belakang punggungnya (sesudah ia meninggal), melainkan dia itu sebagai perbekalan ke neraka. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menghapuskan kejahatan dengan kejahatan, tetapi kejahatan dapat dihapus dengan kebaikan. Kekejian tidaklah dapat menghapuskan kekejian." (Hadis Riwayat Ahmad dan lain-lain)

Rujukan: Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi



Lipat Kajang people (or decendents) are encouraged to participate& contribute (Orang Lipat Kajang, atau keturunan, di jemput memberi sumbangan idea)

No comments:

Post a Comment