(in my days in the kampong, the gang of young boys then used to play war game using a device made from bamboo, hand pressuring/pumping certain young small fruits from a jungle trees in the bamboo device. The ‘bullet’ (the most common are unripe 'cenderai'.....Grewia spp ... fruits, thus 'bedil' ...meaning gun by local dialect ..... 'cenderai') might not have been lethal, but gave enough sting if hitting the bare skin. And the device had a magazine where bullets were stored and automatically coming down into the barrel of the ‘gun’).
Di zaman saya, dan kawan2 saya kecil2 dulu, di Lipat Kajang kami tidak ada banyak alat permainan. Semua permainan kami terpaksa dibuat sendiri, atau pun yang ada skill diantara kami akan membuat nya dan kemudian menagih2 kan kepada kami.
Satu daripada permainan pada masa itu adalah ‘bedil cenderai’. Bedil ini menggunakan buah cenderai sebagai peluru nya, atau pun buah nenyarong yang lebih bisa. Dan kami bermaian berperang2, maklumlah pada masa itu zaman Komunis di Malaya.
Sekiranya ada diantara pembaca blog ini yang tidak mengenali apa itu ‘bedil cenderai’, saya perturunkan gambar2 nya.
Buluh yang di gunakan bukan sebarang buluh, buluh kecil tapi tua dan kuat. Dan pulak bedil itu ada ‘magazine’, supaya banyak peluru boleh ditembak. Dan tempat ‘magazine’ nya di ikat dengan getah tarek dari batang getah untuk nya menjadi kuat dan tidak bergerak. Peruncuh peluru nya pula dari batang buluh kecil, tua dan juga kuat. Kadang kala kami mengguna buluh yang di pecah2kan dari batang buluh tua untuk menjadi peruncuk peluru nya tahan kuat.
Masa itu masa budak2 bermain di halaman dan di belukar2.
Princip bedil tu? Tekanan udara didalam buluh yang tersumbat apabila di runcuh oleh peruncuh yang kuat dan laju.
Lipat Kajang people (or decendents) are encouraged to participate& contribute (Orang Lipat Kajang, atau keturunan, di jemput memberi sumbangan idea)
No comments:
Post a Comment